ika ingin bertemu dengan ruh diri sendiri atau ruh orang lain, maka
bacalah 4 ayat terakhir dari surah Al-Kahfi. Kiranya, penjelasan yang
sepertinya naïf ini bukanlah isapan jempol semata….
Al-Qur’an adalah kitab suci ummat Islam yang diturunkan oleh Allah SWT
kepada Nabi Muhammad SAW lewat perantara Malaikat Jibril as. Kitab ini
terdiri dari 30 juz, 114 surah, yang isi kandungannya menyelimuti
seluruh aspek kehidupan dunia dan akhirat. Ada masalah Tauhid, hukum,
ilmu pengetahuan, juga kisah para anbiya dan mursalin atau kisah
orang-orang shaleh yang begitu gigih dan berani berkorban demi
mempertahankan iman kepada Allah SWT. Salah satunya adala kisah para
pemuda beriman kepada Allah pengikut Nabi Isa as, di masa pemerintahan
raja Dikyanus (Dicius). Merekalah yang disebut sebagai Ashabul Kahfi.
Kisah tentang mereka terdapat dalam Surah Al-Kahfi.
Selain kisah para Ashbul Kahfi, di dalam surah ini juga diceritakan
tentang Nabi Musa as yang disertai salah seorang muridnya mencari Nabi
Khidir as dipertemuan dua arus laut untuk belajar ilmu gaib, namun
sayang Nabi Musa tidak sabar sehingga tidak bisa menimba ilmu
tersebut.Menurut para ahli ilmu hikmah, jika seseorang membaca surah
Al-Kahfi pada malam Jum’at satu kali, maka akan diampuni oleh Allah
dosanya selama satu minggu sebelumnya, dan satu minggu sesudahnya.
Sedangkan ahli hikmah lainnya mengatakan, jika ingin bertemu dengan ruh
diri sendiri atau ruh orang lain, maka bacalah 4 ayat terakhir dari
surah Al-Kahfi. Kiranya, penjelasan yang sepertinya naïf ini bukanlah
isapan jempil semata. Penulis adalah seorang saksi yang telah
membuktikan kebenarannya.
Kejadian ini saya alami sekitar tahun 86-an silam. Ketika itu, saya
masih kuliah di salah satu perguruan Agama Islam di Banjarmasin. Sebagai
mahasiswa, saya amat suka membeli dan membaca buku, baik yang
berhubungan dengan mata kuliah, maupun buku-buku yang tidak ada
hubungannya sama sekali dengan perkuliahan. Misalnya, buku telepati atau
buku-buku ilmu hikmah.
Salah satu kitab ilmu hikmah yang penulis baca dan amalkan adalah Kitab
Mujarabat. Saya pernah mengamalkan membaca surah Al-Ikhlas disertai
puasa mutih agar bisa bertemu dengan khodamnya yang bernama Syekh Abdul
Wahid, namun saya tidak berhasil untuk bertemu dengan khodam tersebut.
Kemudian saya coba mengamalkan 4 ayat terakhir surah Al-Kahfi sebanyak 160 kali. Apa yang terjadi?
Menurut petunjuk kitab Mujarabat tersebut, jika Anda ingin bertemu
dengan ruh diri Anda sendiri, atau ruh orang lain, maka bacalah 4 ayat
terakhir surat Al-Kahfi sebanyak 160x. Diceritakan bahwa amalan ini
pernah diamalkan oleh seseorang di dalam penjara di zaman Belanda.
Pada waktu tengah malam, orang tersebut didatangi oleh ruh dirinya
sendiri yang mengatakan bahwa dia sebentar lagi akan dibebaskan dari
penjara. Tidak lama kemudian, orang tersebut benar-benar dibebaskan dari
penjara.
Cerita tersebut, sangat menarik minat saya untuk mengamalkan 4 ayat
terakhir surah Al-Kahfi. Waktu itu, kebetulan saya tinggal sendiri
dikos-kosan. Dengan demikian saya bisa membuat persiapan yang dibutuhkan
dengan matang. Seperti menyediakan hio cap buah Tao, serta puasa hari
kamis. Malam Jum’atnya, barulah saya membaca amalan tersebut di atas
susuai dengan petunjuk yang ada dalam Mujarobat.
Ternyata, butuh waktu berjam-jam untuk menyelesaikan amalan tersebut.
Namun, Alhamdulillah, penulis berhasil menyelesaikannya dengan baik.
Setelah itu, saya membakar hio kemudian berbaring di atas dipan. Posisi
tubuh telentang dengan kedua tangan disedekapkan di dada seperti orang
shalat sambil berdzikir.
Sebenarnya, tuntunan dzikir seperti ini tidak ada didalam kitab tersebut. Hal ini saya lakukan atas inisiatif sendiri.
Ketika berdzikir “Khafi Allah…Allah,” penulis merasakan suatu kenikmatan
yang luar biasa sampai suatu ketika, saya dikejutkan oleh kehadiran
anak-anak kecil berusia lima tahunan. Mereka melempari tubuh penulis
dengan bola-bola tenis.
Penulis jadi terusik dengan kehadiran mereka. Kemudian saya bangun untuk
mengusir mereka. Namun apa yang terjadi? Ketika saya bangkit, ternyata
penulis dapat meninggalkan tubuh sendiri yang telentang di atas dipan.
Anehnya, hal yang musykil ini tidak sempat saya pikirkan. Penulis malah
langsung mengusir anak-anak tersebut hingga akhirnya mereka menghilang.
Setelah itu, saya terjalan kembali lagi ke tubuh semula yang masih
terbaring di atas dipan.
Setelah sadar dengan pengalaman tersebut, saya bertambah yakin dengan
kebenaran petunjuk di dalam kitab. Karena itulah, pengalaman pertama
melihat ruh diri sendiri di malam Jum’at tersebut, membuat penulis ingin
mengulanginya kembali.
Sama seperti malam Jum’at sebelumnya, kali ini pun saya melakukan
prosesi yang serupa. Hingga sampailah ketika saya sedang asyik dengan
dzikiran, tiba-tiba saya dikagetkan dengan kemunculan orang-orang tinggi
besar.
Ya, tinggi badan orang-orang itu dari lantai sampai flafon. Tubuhnya
yang tinggi besar ditumbuhi oleh bulu-bulu hitam pekat. Tubuh mereka
juga hanya dibungkus dengan cawat putih, dengan mata sebesar bola
pingpong berwarna merah.
Mereka melempari penulis dengan obor-obor yang menyala. Dalam hati
penulis berpikir, “Pasti mereka adalah orang tua dari anak-anak yang
malam Jum’at sebelumnya menggangguku. Tentu orang tua mereka menuntut
balas padaku!”
Tanpa rasa takut walau sedikitpun, penulis bangkit dari tidur. Aneh,
sama seperti kejadian sebelumnya, tubuh penulis ketinggalan di atas
dipan. Namun saya tidak menghiraukan hal tersebut. Dengan gigih saya
membalas serangan mereka dengan menangkap lemparan obor-obor mereka.
Setelah berhasil saya tangkap, kemudian penulis lempar lagi ke arah
mereka.
Namun mereka begitu tangguh. Buktinya, mereka selalu bisa menghindari
lemparan penulis. Hingga, pada lemparan terakhir, penulis membaca ayat
Qursyi. Kemudian melempar obor api itu dengan sekuat tenaga. Akhirnya,
terdengar lengkingan panjang. Merekapun menghilang.
Begitulah yang penulis alami. Subhanallah!
Setelah mengalami dua kali kejadian tersebut, maka pada malam Jum’at
berikutnya, penulis mengulang lagi amalan tersebut diatas. Namun
kejadian kali ini sungguh luar biasa bagi penulis yang waktu itu belum
pernah berguru pada seseorang, sehingga tidak mengerti kejadian apa yang
sedang penulis alami.
Pada malam kejadian tersebut, saya merasakan tubuh saya dapat naik dan
berputar-putar seperti spirial. Pertama menembus atap rumah. Saya tentu
kaget bukan kepalang. Terlebih saat menengok ke bawah, maka saya dapat
melihat tubuh sendiri yang masih telentang dengan posisi tangan
bersedekap seperti orang shalat.
Tubuh penulis terus naik dengan kecepatan yang tinggi. Tetapi di saat
yang sama ada kenikmatan luar biasa yang belum pernah penulis rasakan
seumur hidup. Dalam kenikmatan tersebut, penulis sempat melewati
bintang-bintang dengan aneka warna yang sangat indah. Setelah itu,
barulah penulis ingat akan tubuhku yang masih tertinggal di bumi,
tepatnya di atas dipan.
Lalu membatin, “Pastilah saya sedang dalam perjalanan menuju ke alam
kematian. Alangkah enaknya jika saya mati seperti ini. Karena menurut
cerita, kalau orang mau mati, sakitnya luar biasa sewaktu ruhnya mau
keluar dari raga. Tetapi yang saya rasakan adalah sebaliknya, kenikmatan
yang luar biasa.”
Dalam perjalanan melewati bintang-bintang kali ini, penulis teringat
kedua orangtua. Mereka mengharapkan saya bisa menjadi sarjana. Tidak
sebagaimana saudara-saudara penulis yang kuliahnya berhenti di tengah
jalan. “Lantas, kalau aku mati, pupuslah harapan mereka!” Batin penulis.
Karena itulah dalam seketika muncul keinginan tidak mau mati saat itu.
Ya, penulis ingin kembali ke dunia!
Seketika, saya terhempas ke bumi. Tubuh ini sampai terlonjak. Saya pun
lalu menangis tanpa tahu sebabnya. Untuk meredam tangis agar tidak
didengar oleh para tetangga, maka saya pun menutup mulut dengan bantal.
Sejak kejadian tersebut, saya tidak berani lagi mengamalkan 4 ayat
terakhir surah Al-Kahfi tersebut. Mengapa? Sebab saya sangat takut tidak
bisa kembali lagi dan mati, untuk kemudian dikubur. Padahal bisa jadi,
saat itu saya belum semestinya mati.
Beberapa tahun kemudian, saya sempat bertemu dengan seorang yang ahli
dalam ilmu Hikmah. Ternyata, menurut H. Hasyim, salah seorang berderajat
Waliyullah yang kebetulan bertemu dengan penulis di kampung Karang
Tengah, Martapura, Kalimantan Selatan, menjelaskan bahwa sebenarnya
kejadian yang saya alami itu bukan menuju alam kematian, tetapi menuju
suatu tempat dimana di tempat tersebut penulis akan diajarkan ilmu
laduni.
Sedangkan guru spiritual penulis mengatakan, bahwa orang yang
mengamalkan 4 ayat terkahir surah Al-Kahfi, ruhnya akan menjadi ringan.
Tapi orang yang mengamalkan 4 ayat itu, sebelumnya harus mempunyai
pagaran badan yang kuat agar tidak diganggu makhluk gaib sewaktu ruh
atau sukmanya meninggalkan badan.
Oleh guru spiritual ini, saya diminta untuk tidak melakukan meraga sukma
untuk beberapa waktu. Penulis diberi amalan untuk membuat pagaran badan
agar kalau sedang meraga sukma tidak akan mengalami hal-hal yang tidak
diinginkan. Amalan untu pagaran badan ini berupa puasa selama 7 hari,
serta wirid selama 7 malam berturut-turut.
Ahamdulillah, setelah selesai menjalani ritual pagaran badan, penulis
diajak meraga sukma oleh guru. Setelah itu penulis dengan mudah
melakukan meraga sukma berkat mengamalkan 4 ayat terakhir surah
Al-Kahfi.
Demikian pengalaman sejati yang telah saya lakoni sendiri. Semoga ada
hikmahnya. Pesan saya, jangan sekali-kali mendalami ilmu gaib tanpa
bimbingan seorang guru, sebab bisa fatal akibatnya.
apa aja bacaan wiridnya ?
BalasHapusapa aja bacaan wiridnya ?
BalasHapussekedar masukan sebaiknya paragrafnya dirapikan supaya nyaman dibaca
BalasHapussekedar masukan sebaiknya paragrafnya dirapikan supaya nyaman dibaca
BalasHapusijin mengamalkan
BalasHapusMonta alamat guru yg bisa memberi ijazah
BalasHapusDusta luku neh
BalasHapusMau nanya.
BalasHapusWiridnya berapa lama? Dan apa saja yang dibaca?
Ajari aku
BalasHapusMungkun bisa mempertebal iman pada alloh
BalasHapusMungkun bisa mempertebal iman pada alloh
BalasHapusAjari aku
BalasHapusAjari aku
BalasHapusDengan segala hormat "ajari aku"
BalasHapus